Yu Boya Menghancurkan Kecapinya sebagai Tanda Terima Kasih kepada Temannya yang Menghargai

Boya adalah nama kehormatan dari Yu Rui yg hidup di Yingdu, ibukota Negeri Chu. Meski lahir di Negeri Chu, namun ia menjadi pejabat di Negeri Jin, menjadi guru besar senior. Dua belas tahun di negeri orang, Yu Boya menjadi utusan raja (atas permintaannya juga) untuk Raja Chu, sekaligus ingin mengunjungi tanah kelahirannya. Setelah selesai diterima Raja Chu, sebagai cendekiawan romantis, dalam perjalanan pulang ia ingin berlama-lama dengan melewati jalan sungai untuk menikmati pemandangan.

Ketika di mulut Sungai Hanyang, bertepatan dengan malam perayaan tengah musim gugur, tiba-tiba datang badai dan terpaksa rombongan perahunya membuang sauh di kaki sebuah bukit terpencil, hingga cuaca tenang kembali. Boya merasa bosan dan ingin memetik kecapi untuk mengungkapkan perasaannya.

Di tengah permainannya, senar kecapinya putus. Boya merasa ada firasat kurang baik, merasa ada orang jahat yang akan merampoknya. Ia menyuruh anak buahnya menyelidiki di tepian sungai. Saat bersamaan ada suara lelaki dari pinggir sungai, “Tuan-tuan di atas perahu tak perlu curiga. Aku bukanlah perampok melainkan pemotong kayu. Aku baru pulang saat terperangkap badai. Perlengkapanku tak cukup melindungi dari hujan, maka aku berlindung di antara bebatuan karang, lalu aku mendengar ada seseorang yang memainkan kecapi dan tinggal untuk mendengarnya”.

Semula Boya meremehkan lelaki itu, mana mungkin seorang pemotong kayu tahu musik yang dimainkan. Lelaki itu berteriak dari tepian kalau ia memahami musiknya dan ia bisa meneruskan bagian lainnya sejak senar terputus. Boya mengundangnya masuk ke kabinnya, meski masih merasa meremehkan.

Selama pertemuan itu, Boya mengetes pengetahuan lelaki itu (yang namanya Zhong Ziqi) tentang kecapi. Misalnya: asal mula kecapi, tujuh keadaan saat kecapi tidak boleh dimainkan, delapan keunggulan kecapi dan terakhir adalah menebak apa yang dipikirkan Boya saat memainkan kecapi. Lelaki itu bisa menjawab dan menebaknya. Takjub Ziki bisa menerka dengan tepat, Yu Boya sangat gembira dan mengangkatnya sebagai saudara dalam ritual delapan kali membungkuk untuk saling memanggil sebagai kakak dan adik dan tidak saling mengkhianati dalam hidup atau mati.

Semula Yu Boya ingin mengajak Ziqi, namun Ziqi tidak bisa meninggalkan kedua orangtuanya, ia harus merawatnya. Yu Boya berjanji akan mengunjungi Ziqi.

Ziqi berkata:” Kalau begitu aku akan berdiri di tepi sungai ini untuk menunggumu pada hari kelima belas dan enam belas bulan kedua musim gugur tahun depan. Aku pasti melakukannya. Sekarang hari mulai terang, aku harus pergi”.

Yu Boya memberi dua batang emas dan mereka mengucapkan selamat tinggal sambil menangis.

Waktu berlalu dengan cepat, Boya selalu memikirkan Ziqi, bahkan tidak seharipun melupakan. Hingga waktu yg akan dijanjikan, Boya minta ijin kepada Raja Jin untuk mengunjungi kampung halamannya kembali. Dengan rombongan perahunya, sampai juga ke tempat ia semula bertemu dengan Ziqi dan meambatkan perahunya. Boya tidak mendapati Ziqi menuggu, ia berpikir Ziqi lupa dan tidak menepati janji. Boya membuka kotak kecapi, menyetel senar dan mulai memainkan kecapi, berharap Ziqi mendengarnya. Namun nada yang keluar begitu sendu. Ia berkata dalam hati, “Nadanya begitu sendu, ini berarti salah satu orangtua saudaraku meninggal”. Namun Ziqi tetap tidak datang juga.

Boya berpikir untuk mencari rumah Ziqi sambil menyiapkan 200 tael emas, jangan-jangan Ziqi butuh bantuan pemakaman orangtuanya. Di tengah perjalanan Boya bertemu dengan lelaki tua dan menanyakan rumah Ziqi. Lelaki tua itu yang bernama Zhong tidak lain adalah ayah Ziqi, menceritakan kalau Ziqi sudah meninggal. Setelah menerima dua batang emas dari Yu Boya teman barunya, Ziqi membeli banyak buku dan menenggelamkan dirinya dalam pelajaran, tanpa istirahat, sehingga terkena TBC dan meninggal dunia setelah beberapa bulan.

Mendengar cerita itu, Boya sangat sedih, menangis keras dan pingsan. Zhong tua bertanya kepada pelayannya. Sangat kaget setelah mengetahui kalau itu Tuan Yu Boya, teman anaknya. Setelah siuman dan ditunjukkan kuburan Ziqi, kembali Boya menangis tersedu-sedu, menjadikan orang-orang yang lewat dan mengetahui ada seorang pejabat menangisi kuburan Zong Ziki pada berkumpul dan mengerubunginya.

Untuk menunjukkan duka citanya, Boya memainkan kecapinya. Orang-orang yang menonton bertepuk tangan sambil tertawa, orang-orang kasar itu tidak tahu musik, mengira musik hanyalah untuk hiburan saja. Boya mengeluarkan pisau dan memotong senar-senar kecapi lalu membanting kecapinya di atas altar hingga hancur berkeping-keping. Tuan Zhong tua menanyakan alasannya dan dijawab Boya dengan sebuah puisi:

“Kecapi dihancurkan, ekor phoenix menjadi dingin,

Sekarang Ziqi telah mati, untuk siapa lagi kumainkan kecapi

Semua orang mengaku diri mereka teman dan tersenyum padamu

Namun menemukan teman sejati sungguh teramat sulit.”

Akhir kisah, Yu Boya memohon surat pengunduran diri dari pemerintahan Raja Jin dan merawat orangtua Zhong Ziqi yang diperlakukan sebagai pamannya sendiri.

0 Response to "Yu Boya Menghancurkan Kecapinya sebagai Tanda Terima Kasih kepada Temannya yang Menghargai"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel